Khutbah Jum’at - Menyikapi Pemilihan Umum (Pemilu).
Menyikapi Pemilihan Umum
(Pemilu).
Oleh Masykur H Mansyur (Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) Perwakilan Kbupaten Karawang)
Salam
Khutbah I
الحمدلله الذي أرسل رسوله با لهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله
وكفي بالله شهيدا. أشهد أن لا إله إلا الله إلها وحدا, وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
أرسله الله مبشرا ونذيرا . اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه ومن تبعه
بإحسان ألى يوم الأبقى. (أما بعد) فيا عبادالله أوصيكم ونفسي بتقوى الله فقد فاز
المتقون. واتقواالله حق تقاته ولاتموتون إلا وأنتم مسلمون
Pemilihan
umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih
wakil-wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat, dan atau
memilih Kepala Pemerintahan, Pemilu juga merupakan salah satu bentuk pemenuhan
hak asasi warga Negara di bidang politik. Pemilu dilaksanakan untuk mewujudkan
kedaulatan rakyat. Sebab, rakyat tidak mungkin memerintah secara langsung.
Karena itu, diperlukan cara untuk memilih wakil rakyat, serta Kepala
Pemerintahan` dalam memerintah suatu Negara selama jangka waktu tertentu
Semenjak
zaman kemerdekaan sampai dengan tahun 2014, Negara Kesatuan Republik Indonesia
sudah menyelenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) sebanyak 11 kali, yaitu; pemilihan umum tahun 1945, 1971, 1977, 1982,
1992, 1997, 1999, 2004 ,2009 dan
2014. Akan tetapi pemilihan pada tahun 1955
merupakan pemilihan umum
yang dianggap istimewa karena ditengah suasana kemerdekaan yang masih tidak
stabil Indonesia melakukan PEMILU , bahkan dunia internasional memuji
pemilu pada tahun tersebut. Merupakan Pemilihan umum berlangsung dengan
terbuka, jujur dan fair, meski belum ada sarana komunikasi secanggih pada saat
ini ataupun jaringan kerja KPU. Dan pada tahun 2019 ini bertepatan dengan hari
Rabu tanggal 17 April Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan
Pemilu untuk yang ke 12 kalinya.
Pemilu
pada hari Rabu tanggal 17 April tahun 2019 ini akan memilih Presiden dan Wakil
Presiden, anggota DPR RI, angoota DPD RI, anggota DPRD Provinsi dan anggota
DPRD Kabupaten/Kota.
Kehidupan bermasyarakat berbangsa
dan bernegara memerlukan pemimpin. Pemimpin nasional dalam konteks demokrasi di
Indonesia di pilih melalui pemilihan umum. Untuk memudahkan warga masyarakat dalam
Pemilu 2019 ini ada lima warna surat suara. Kepala Pusat
Penerangan Kementerian Dalam Negeri (Kapuspen Kemendagri) Bahtiar mengungkapkan
bahwa tepat pada hari Pemilu di tanggal 17 April 2019 mendatang, di tempat
pemungutan suara (TPS) akan ada 5 warna
kertas suara yang disediakan untuk calon pemilih yang terdiri dari:
- Warna abu-abu untuk memilih Calon Presiden dan Wakil presiden,
- Warna kuning untuk memilih calon anggota DPR RI,
- Warna merah untukmemilih calon anggota DPD RI,
- Warna biru untukmemilih calon anggota DPRD Provinsi,
- Warna hijau untuk memilih calon anggota DPRD Kabupaten/Kota.
Walaupun bangsa Indonesia
memiliki berbagai suku, agama dan ras, semuanya sepakat untuk menyelenggarakan.
pemilu yang jujur dan adil..Pemilu sebagai sistem demokrasi meminta pendapat
rakyat, menampung aspirasi rakyat, mengakomodir kebebasan berpendapat dari
rakyat. Untuk itu kepada umat Islam dan selurah warga Negara untuk sama-sama:
- Tidak Menyebarkan berita hoax.
Dalam Islam
pernah terjadi berita bohong atau berita palsu atau yang pada hari ini disebut
dengan berita hoax. Al-Qur’an menginformasikan dalam surat al-Hujurat 49 [6].
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن جَآءَكُمۡ فَاسِقُۢ بِنَبَإٖ
فَتَبَيَّنُوٓاْ أَن تُصِيبُواْ قَوۡمَۢا بِجَهَٰلَةٖ فَتُصۡبِحُواْ عَلَىٰ مَا
فَعَلۡتُمۡ نَٰدِمِينَ ٦
"Hai
orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal
atas perbuatanmu itu."
Di Indonesia
pernah terjadi berita hoax yang menjadi viral di media sosial dan TV yaitu
terkait dengan berita hoax menjadi tranding topik dan bahasan di media massa.
Berita hoax yang paling baru adalah kasus hoax atau informasi bohong terkait 7
(tujuh) kontainer berisi surat suara Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 yang
telah dicoblos. Berita tentang kasus ini terus menggelinding dan viral di media
sosial. Kasus ini terus menyedot perhatian publik sejak Rabu, tanggal 2 Januari
2019 yang lalu. Dan berita ini sungguh meresahkan masyarakat.
Menanggapi
kasus hoax seperti ini adalah tabayun atau memeriksa dengan teliti kebenaran
berita tersebut.
Prof. Mahfud
MD dalam acara Dialog bersama Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dengan Gerakkan
Suluh Kebangsaan, pada Kamis, 10/1/2019 di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah
Jakarta, mengatakan keresahan seperti itu muncul karena banyak kebohongan dalam
dunia politik, di dunia politik kebohongan menyangkut soal agama, kemiskinan,
kebijakan pemerintah dan macam-macam. Lebih lanjut beliau mengatakan, jika yang
dikemukakan orang-orang adalah fakta, tidak masalah. Namun jika yang
dikemukakan adalah kebohongan atau hoaks dalam bentuk pemalsuan berita, harus
dilawan, termasuk praktik pengadaan atau peniadaan berita dari fakta sebenarnya
juga harus dilawan.
Setiap Pemilu
muncul istilah Golput (Golongan Putih). Golput secara sederhana bisa diartikan
sebagai orang yang tidak memberikan hak suaranya ketika Pemilihan Umum. Bisa saja
orang yang Golput ini beralasan tidak bisa hadir ke Tempat Pemungutan Suara (TPS)
karena alasan pribadi. Atau tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT). Atau
karena sakit. Atau karena alasan ideologis, misalnya beranggapan bahwa tidak
ada kandidat atau calon legislator yang layak untuk dipilih.
Dalam Pemilu
ini marilah kita memilih wakil kita yang mampu manampung aspirasi kita; yaitu
orang yang cerdas, cakap, sederhana, disenangi rakyat, berakhlak mulia, punya
integritas, peduli pada rakyat (du’afa’), dan
bertaqwa.
Prof Dr. KH.
Didin Hafidhuddin menyarankan umat Islam menjadikan hadits Nabi Muhammad SAW
sebagai rujukan dalam memilih pemimpin. "Kita berharap bahwa yang menjadi
pegangan dari memilih (saat) Pilpres ini adalah sebuah hadits Nabi, yang
menyatakan barang siapa yang tidak punya kepedulian kepada persoalan persoalan
umat Islam, maka mereka bukan dari kaum Muslimin," kata dia.
من لم يهتم للمسلمين عامة فليس منهم
3
3. Menjaga Persatuan
Pemilu adalah pesta
demokrasi, dan kepada seluruh warga masyarakat yang akan memilih dalam Pemilu
tersebut ”Pilihan boleh saja berbeda”, tapi yang penting
harus menjadi komitmen bersama untuk tetap menjaga persatuan, persaudaraan, dan
kerukunan antar warga. Jangan karena gara-gara Pemilu terjadi perpecahan dalam
masyarakat. Dan siapa pun yang akan terpilih baik sebagai anggota legislatif,
DPD dan Presiden, maka haruslah diterima
dengan lapang dada karena itu adalah pilihan rakyat dan harus dihormati. Karena
mereka yang terpilih adalah pemimpin seluruh warga, bukan pemimpin suatu
kelompok tertentu. Oleh karena itu sebagai warga Negara yang baik harus
menghormati hasil Pemilu tersebut. Termasuk juga mentaati pemimpin terpilih
dari hasil Pemilu ini, selama pemimpin tersebut taat kepada Allah dan Rasulnya.
Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an surat An-Nis’ [5].
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ
وَأُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ مِنكُمۡۖ فَإِن تَنَٰزَعۡتُمۡ فِي شَيۡءٖ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ
وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۚ ذَٰلِكَ
خَيۡرٞ وَأَحۡسَنُ تَأۡوِيلًا ٥٩
59. "Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."
Prof. Hamka
mengatakan dalam Tafsir al-Azhar bahwa (1), tentang ketaatan kepada Allah
menjadi kewajiban bagi semua, tidak ada tawar menawar (2), tentang ketaatan
kepada Rasul menjadi kewajiban semua, tidak ada tawar menawar (3), tentang taat
kepada ulil amri menjadi kewajiban bagi semua. Bagaimana menyusun ulil
amri, apakah dipilih atau ditunjuk, terserahlah kepada kebijaksanaan kamu,
menurut ruang dan waktu, asal, “Tunaikanlah amanah kepada ahlinya”.
Termasuk
menjadi sunatullah bahwa adanya seorang pemimpin di tengah kita, karena
Allah-lah yang mengangkatnya dan menunjuknya untuk menjadi pemimpin kita.
Sebagai warga
masyarakat, marilah kita bersatu padu membangun negeri ini, sehingga menjadi
negeri yang sejahtera lahir batin. Salah satu cara untuk mencapai hal tersebut,
yaitu bersama-sama bahu membahu, tolong menolong dalam kebaikan dan raqwa,
serta menjauhi permusuhan dan dosa. Allah SWT berfirman, dalam surat al-Maidah
3 [2]
وَتَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡبِرِّ وَٱلتَّقۡوَىٰۖ وَلَا تَعَاوَنُواْ
عَلَى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٰنِۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ
٢
"Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya."
Khutbah ke 2
الحمدلله الذى أمرنا بالإتحاد والإعتصام بحبل الله المتين. أشهد أن
لاإله إلاالله وحده لا شريك له, إياه نعبد وإياه نستعين.وأشهد أن محمدا عبده
ورسوله المبعوث رحمة للعا لمين (أما بعد) فيا عبادالله أوصيكم ونفسي بتقوى الله
فقد فاز المتقون. فيا أيها المسلمون واعلموا أن الله سبحا نه وتعالى أمركم بأمر بد
أ فيه بنفسه وثنى بملا ئكته المسبحة بقدسه . فقال تعالى في كتا به العظيم "
إن الله وملائكته يصلون على النبي يا أيها الذين أمنو صلوعليه وسلمو تسليما
".اللهم صل و سلم على سيدنا محمدوعلى أله وأصحابه أجمعين.والتابعين والتابع
التابعين ومن تبعهم بإحسان الى يوم الدين.وعلينا معهم برحمتك ياأرحم الراحمين.
اللهم اصلح جميع ولاة المسلمين وأهلك الكفرت والمشركين,ونصرإلاسلام والمسلمين وأعل
كلمتك إلى يوم الدين.اللهم اغفرللمسلمين والمسلمات,والمؤمنين والمؤمنات لأحياء
منهم والأموات إنك سميع قريب مجيب الدعوات يا قا ضيا الحاجات ربنا افتح بيننا وبين
قومنا باالحق وأنت خيرالفاتحين .ربنا أتنا فى الدنيا حسنة وفى الأخرة حسنة وقنا
عذابالنار.عباد الله إن الله يأمر بالعدل وإحسان وإيتاء ذى القربى وينهى عن
الفحساء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون.فذكروا الله العظيم يذكركم وادعوه
يستجب لكم ولذكرالله أكبر.
Wallahu a’lam bi al-shawaab.
Komentar
Posting Komentar